Refleksi April 2022 - Mensyukuri Berkat

Refleksi April 2022 - Mensyukuri Berkat

Semakin banyak hari yang ku lalui, semakin aku menyadari aku bukanlah siapa-siapa bila bukan karena berkat Tuhan. Judul artikel ini saja sudah cukup jelas menunjukkan isi artikel ini akan mengarah ke mana. Tak lain tak bukan adalah tentang bersyukur. Apalagi dengan terjadinya pandemi, kita semua seolah-olah dipaksa untuk beradaptasi. 

Tidak ada gunanya lagi membuat rencana di masa pandemi. Toh, semua rencana berakhir tidak berjalan, bukan? Perubahan signifikan yang terjadi terlalu sering tentu saja membuat kita frustasi. Kita diminta untuk terus beradaptasi tanpa kita ingini. Ada yang sudah nyaman bekerja dari rumah (Work from Home), tapi karena angka pasien atau positivity rate Covid-19 menurun, diberlakukanlah 50% WFH : 50% WFO (Work from Office). Begitupun aturan tes penerbangan yang masih kadang berubah hingga bulan April 2022 ini. Ada banyak kesulitan hidup yang bisa aku jadikan alasan untuk mengeluh, tapi .... 

Alih-Alih Terpuruk, Optimis adalah Jalan Ninjaku

Sebagai tipe yang sangat perencana, aku tidak nyaman dengan sesuatu yang mendadak, yang berubah-ubah terlalu sering, dan yang plin-plan atau tidak jelas maunya apa. Dari bulan Desember 2021 hingga awal Februari 2022, perubahan kebijakan buka-tutup border oleh pemerintah Western Australia membuatku menjadi sangat stres. Rasa stres itu tidak dapat ku deskripsikan dengan kata-kata. Mungkin bila bisa ku jelaskan, rasanya seperti dikhianati pasangan kita - entah dengan mengingkari janjinya atau mendua (alias selingkuh) karena dia tidak menganggap pentingnya kehadiran kita sama sekali.

Yang sangat aku syukuri di momen-momen itu adalah aku dikelilingi keluarga yang sangat suportif dan beberapa sahabat yang mau menjadi pendengar yang sangat baik. Mereka mau mendengarkan uneg-unegku tanpa berusaha memberi saran ataupun solusi. Mereka tahu betapa lama aku telah menunggu, dan ketika semua tiket pesawat, akomodasi, dan lainnya sudah siap, bisa-bisanya aturan diubah semudah membalikkan telapak tangan.

Yang paling aku syukuri, di saat aku memutuskan untuk cuti 1 semester, hatiku langsung merasa lega. Tak ada beban. Tak ada tekanan. Cukup fokus untuk menghidupi satu hari lepas satu hari. Untuk sementara waktu, di tengah ketidakjelasan yang ada, aku mau fokus mengerjakan yang pasti-pasti dulu.

Source: Pinterest

Keputusan untuk kembali merantau di Ibu Kota juga datang begitu saja, tanpa terlalu banyak lagi perencanaan ini-itu (berhubung apapun bisa berubah sewaktu-waktu, bukan?). Dengan rasa optimis, aku menjalani hari-hari baruku di Jakarta. Siapa sangka, berkat Tuhan mengalir terus dalam hari-hariku. Berkat yang ku maksud di sini tidak hanya berkat secara materi ya.... tapi tentunya juga berkat jasmani, rohani, dan penguatan akan makna hidup.

4 Bulan Berjalan, Meski Sendirian, Ada Penyertaan Tuhan 

Merantau di kota Jakarta yang terkenal dengan "kerasnya kehidupan" tentunya tidak mudah. Saat mau berangkat kerja saja, keinginan untuk mengeluh akan sering muncul. Macetnya jalan, udara yang berpolusi, panasnya cuaca bisa menjadi pemicu suasana hati yang buruk. Anehnya, aku tidak pernah memikirkan hal-hal buruk tersebut. Menghirup aroma kopi dan masak menjadi moodboosterku untuk memulai hari. Hingga hari ini, tahun 2022 yang sebenarnya penuh lika-liku terasa baik-baik saja untukku. 

Baca juga: Pelajaran Berharga Selama 7 Bulan Merantau

Diberi kepercayaan untuk dinas ke luar kota menjadi sumber sukacita luar biasa bagiku selama 2 bulan terakhir. Beberapa kota yang sudah ku kunjungi untuk dinas adalah Batam, Samarinda, dan Pontianak. Meskipun aku menghabiskan waktu seharian saat dinas, aku selalu menyempatkan untuk menikmati fasilitas yang tersedia, misalnya kolam renang atau sarapan enak di hotel. Aku tidak bisa berhenti bersyukur karena semuanya datang begitu saja secara tiba-tiba. Tuhan begitu baik padaku. Penyertaan Tuhan selalu mengiringi. Sangat jarang rasanya aku merasa kekurangan dan kesepian. 

Hang Nadim Airport, Batam

Meskipun aku belum tahu apa yang akan terjadi di bulan Mei dan Juni, apakah aku jadi bisa berangkat di bulan Juli, aku mau berpasrah penuh saja pada Tuhan. Apapun badai kehidupan yang mampir di hidupku, aku percaya Tuhan yang akan jadikan semua indah pada waktu-Nya. Tetap upayakan semua hal secara maksimal dan berserah. Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang akan menyertai.

Baca juga: Ada Tuhan Beserta

Comments