Saya Masih Menulis: Melatih Persistensi untuk Terus Bercerita

Saya Masih Menulis: Melatih Persistensi untuk Terus Bercerita

Di era digital ini, apakah orang-orang masih membaca blog? Dengan bertambahnya media sosial yang menawarkan gabungan audio visual yang menarik, seperti Instagram, Tik Tok, Twitter, dan lainnya, apakah blog yang berisi tulisan masih dikunjungi oleh banyak orang? Melihat tren blogging dan blogwalking (saling mengunjungi blog antar sesama blogger) yang menurun, sepertinya menulis tidak lagi menjadi tren yang diminati saat ini. 

Sebagai manusia dengan semangat yang kadang naik (lebih sering) turun, aku sadari bahwa aku juga mengalami inkonsitensi dalam menulis blog. Namun, aku tidak ingin membiarkan blogku kedinginan dan kemudian membeku, sehingga pada bulan Oktober 2021 lalu, aku kembali menghangatkannya. Saat menulis, aku tidak menaruh ekspektasi apapun. Biasanya aku menulis blog karena ada suatu hal di dalam kepala yang ingin aku curahkan. Namun, seberjalannya waktu, aku menemukan bahwa kegiatan blogging ini membuatku semakin akrab dengan diriku sendiri. Ketika aku bercerita lewat tulisan, apa yang ada di kepala pun tersampaikan, dan bonusnya lagi adalah ketika para pembaca merasa tulisanku memiliki makna tersendiri untuk mereka.


Itulah alasan utamaku untuk terus menulis: melatih diri menjadi persisten untuk terus bercerita. Meskipun pembaca karya tulisan di blog ini tidak sebanyak penonton live Instagram para influencer, aku tidak pernah mengejar kuantitas (Baca: Quantity over Quality). Ada kelegaan tersendiri di dalam hati saat aku menerbitkan suatu karya tulisan. Terlebih lagi saat membaca masukan dan komentar dari pembaca yang mendapatkan manfaat saat berkunjung ke www.chindycerita.com, aku sangat bersyukur.

Respon dari seorang teman

Respon yang menyalakan api semangat untuk terus menulis
Ketika aku bercerita lewat tulisan, apa yang ada di kepala pun tersampaikan, dan bonusnya lagi adalah ketika para pembaca merasa tulisanku memiliki makna tersendiri untuk mereka.

Menuangkan ide dan bercerita dalam bentuk tulisan memang tidak semudah yang dipikirkan banyak orang. Aku ingin membagikan beberapa cara yang aku lakukan untuk terus persisten dalam menulis:

1. Membaca dan Membaca

Dari mana asalnya ide dan sumber cerita? Yang pertama dan utama adalah pengalaman hidup pribadi. Untuk bisa membahasakannya menjadi karya tulisan yang enak dibaca, aku memperkaya diri dengan membaca. Semakin banyak membaca, semakin aku termotivasi untuk membagikan bacaan yang bermanfaat untukku kepada para pembaca. Beberapa contoh tulisanku yang inspirasinya muncul dari pengalamanku saat membaca adalah: Mengejar Passion atau Menemukan Ikigai, Rasa Cemas dan Insecure karena Media Sosial, dan Mengenal Stereotip yang Sering Terjadi Tanpa Disadari

Selain mengusir rasa penat, aku sangat berterima kasih kepada buku, blog, dan bacaan-bacaan lain yang telah memberiku banyak ilmu dan melatih persistensiku untuk bercerita melalui tulisan.

2. Meluangkan Waktu Melebihi yang Diharapkan

Adakah pembaca yang di sini yang meluangkan sekian waktunya setiap hari untuk melakukan aktivitas favorit (misalkan: berolahraga atau memasak)? Apakah waktu yang disediakan selalu cukup? Atau sering molor dari rencana? 

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul berdasarkan pengalamanku sendiri saat menulis. Awal-awal menulis blog www.chindycerita.com, aku berkomitmen untuk meluangkan waktu 1 jam x 3 hari dalam seminggu (dengan harapan aku bisa menghasilkan 3 karya tulisan setiap minggu). Apakah berjalan sesuai perencanaan? Jawabannya jelas tidak! 

Ternyata, menghasilkan 1 karya baru dan segar dalam waktu 1 jam sangatlah tidak mungkin. Dari pengalaman komitmen yang gagal inilah, aku belajar bahwa tiap kali aku memiliki ide untuk tulisan baru, aku perlu meluangkan waktu melebihi yang aku set di kepalaku. Apabila aku merasa tema tulisan ini mudah dan hanya akan memakan waktu 40 menit untuk dituliskan, aku mengosongkan waktuku hingga 90 menit. Aku perlu memperhitungkan juga waktu untuk proofreading dan desain gambar untuk tulisan baru tersebut. Dengan membiasakan diri memberi waktu lebih, aku pun bisa semakin maksimal dalam menulis. 

3. Jauhkan Distraksi dan Fokus Gerakkan Jari

Poin terpenting untuk tetap konsisten menulis ada di sini. Seringkali semangat menulis kalah dengan distraksi media sosial yang lebih menggiurkan. Mulai dari postingan selebgram yang seru, rilisan terbaru dari penyanyi favorit, hingga hal-hal tidak penting yang tidak menjadi tujuan awal kita saat membuka aplikasi media sosial itu.

Agar terhindar dari distraksi tersebut, aku membiasakan diri menjauhkan HP dari jangkauanku saat menulis. Setelahnya, setiap kata dari kepala dapat mengalir dengan sangat lancar, dan tulisanku pun selesai tanpa aku sadari.


Persistensi dalam menulis blog memang PR terbesar untukku, untukmu, dan untuk banyak orang. Namun, saat kita terus menjaga semangat untuk terus berbagi cerita, yakinkan diri untuk terus menjadi bermakna bagi sesamama melalui tulisan. #SayaMasihMenulis #WBMenulis

Comments

  1. kok popular post nya jadi mengganggu tampilan blog nya sih jadi keluar garis
    berantakan..

    ReplyDelete
  2. Iya saya juga susah buat nulis. Kerjaan selalu ada aja. Makanya mau nulis itu mesti nekat dulu dan tega ninggalin yang lain. Bukannya mau kabur dari tanggung jawab, tapi saya ini lihat rumah ada kotornya dikit udah pengen disapu sama dipel. Badan sering capek cuma karena ngurusin kotoran yang nggak berhenti2

    ReplyDelete
    Replies
    1. *toss untuk kita yang masih sulit konsisten dalam menulis, mba Indri. Yang penting kita tetap sehat yaaa, mba, nanti semangat menulis akan berjalan seiringan.

      Delete
  3. Aku kadang sedih kalo inget beberapa teman lama dari zaman dulu ngeblog, yang sekarang udah vakum, udah ga menyentuh blog lagi, atau menghilang ntah kemana.. Inge banget zaman dulu kayaknya ngeblog itu seruuuu banget. Kebiasaan BW nya, trus janjian ketemuan 😄.

    Sekarangpun, aku masih rutin ngeblog, dan sepertinya kecil kemungkinan untuk berhenti. Blog itu healing therapy buatku. Ngilangin jenuh, stress. Kedua, blog itu sarana supaya aku ga lupa dengan segala pengalaman traveling dan kuliner selama ini, karena aku pelupa . Jadi walopun banyak temen2 yg udah berpindah platform ke YT, TikTok dll, aku bakal tetep menulis. YT, TikTok dan segala platform yang cendrung video, ga cocok buatku. Dari dulu aku sukanya menulis. Jadi udah pasti blog bakal selalu jadi media utama buatku ngeluarin apa yg mau disampaikan.

    Beberapa poin di atas, kayak membaca, itu juga aku lakuin kok mba. Malah selalu ada waktu khusus setiap hari, buat membaca ntah itu buku, ataupun blog temen2 :).

    Nah kalo utk waktu ngeblog, jujur memang ga bisa tiap hari, Krn kerjaan. Tapi aku paksa utk update tulisan setidaknya 2minggu sekali. Lagian dipikir, udah bayar biaya tahunannya mahal, yakali ga di-update hahahaha. Rugi aja 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih telah berbagi cerita, mba Fanny. Betuuulll banget nih tentang poin pentingnya membaca dan poin udah bayar biaya tahunan yang jadi motivasi untuk tetap menulis :D

      Delete
  4. Nulisnya offline aja Chindy, kalau nulis sambil online itu memang rentan terdistraksi.

    Kalau saya sih ngeblog seperti jurnal. Menuliskan pengalaman-pengalaman dan hikmah yang saya dapatkan, atau opini terhadap sebuah peristiwa.

    Well, ya sesekali commercial writing kalo pas ikutan lomba blog sih hehehe. . .

    Selamat hari bloger nasional, yuk semangat menulis dan berbagi 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, mas Prima. Masukannya bagus banget nih, saya harus coba untuk nulis offline supaya lebih rutin lagi nge-blognya :D Selamat hari blogger nasional dan semangat utk terus berbagi.

      Delete

Post a Comment