Sudut Pandang Orang Tua dan Anak dalam Memilih Jurusan Kuliah

Sudut Pandang Orang Tua dan Anak dalam Memilih Jurusan Kuliah
Orang tua dan anak seringkali mengalami perselisihan pendapat dalam berbagai aspek, mulai dari hal sehari-hari seperti: hari ini mama mau masak tumis buncis tapi anak mau makan nasi goreng, orang tua mau belanja di Department Store tapi anak mau main ke Fun World, sampai ke hal-hal serius: anak mau ambil les drum tapi orang tua bilang mau jadi apa dan akhirnya kasih les matematika, atau orang tua mau anak ambil jurusan Arsitektur biar jadi orang sukses dan kaya tapi anak mau jurusan Seni Lukis karena dia jago gambar dan punya cita-cita jadi pelukis profesional.

Sesuai dengan judul tulisan hari ini tentang memilih jurusan kuliah, aku akan mencoba menilik dari dua sudut pandang: orang tua dan anak. Aku percaya ada banyak orang tua yang mendukung minat anak. Namun, dari pengalamanku bekerja sebagai Education Counsellor, banyak pula anak yang tidak bisa memilih jurusan yang mereka mau. Bukan mereka tidak bisa bersuara, ada beberapa yang sudah menyuarakan keinginan, tetapi tidak digubris orang tua. Beberapa pernyataan seperti kamu tidak akan sukses bila mengambil jurusan itu atau kami sudah menjalani dunia bekerja dan kami lebih tahu apa yang terbaik untuk kamu sudah terdengar familiar di telingaku.

Aku sempat membuat survey kecil-kecilan di akun Instagram-ku dan ada 16 orang yang berpartisipasi membagikan cerita mereka. Mereka semua sudah lulus kuliah jenjang S1. Ada yang sedang koas, ada yang sudah lulus S2, ada yang sedang menjalani S2, dan yang lainnya sudah bekerja. Hasil tanya jawab kecil-kecilan ini cukup mengagetkan untukku. Dari 16 orang, ada 7 orang yang didukung orang tuanya untuk mengambil jurusan pilihannya sendiri. 9 yang lain harus mengambil jurusan yang dipilih oleh orang tua mereka. Nah, pertanyaan selanjutnya yang kuajukan kepada 9 orang ini adalah "Apakah kamu menikmati masa studi S1mu? Apakah kamu betah menjalani pilihan orang tuamu?" Jawabannya beragam: 
  • ada yang setelah sekian semester menjalani, akhirnya suka dengan jurusan tersebut, dan saat ini bekerja sesuai dengan bidang tersebut, 
  • ada yang tetap menyelesaikan studi S1nya dengan baik walau dengan semangat yang tidak maksimal dan akhirnya bekerja sesuai bidang tersebut,
  • ada yang selesai tidak tepat waktu dan mencoba bekerja di bidang lain.
Karena kuliah adalah jenjang studi yang lebih mendalam dibandingkan SMA, dan jurusan yang kamu pilih menentukan karir kamu ke depannya, ada baiknya orang tua dan anak duduk bersama untuk saling mendengarkan dan membagikan sudut pandang. Sudut pandang yang aku bagikan berikut hanyalah berdasarkan pengalaman hidupku dan pengalaman di pekerjaanku. Kalau ada sudut pandang lainnya, jangan ragu untuk bagikan di kolom komentar ya.

Sudut Pandang Orang Tua

Bila kami berhasil, jadilah seperti kami. Bila kami tidak berhasil, jadilah lebih dari kami. 

Banyak orang tua yang memaksakan anaknya untuk mengambil jurusan yang sama dengan mereka agar anak bisa melanjutkan apa yang mereka sudah kerjakan. Apabila anak tersebut memang memiliki minat tersebut, dukunglah mereka, tetapi bila tidak? Coba diskusi dan gali lagi. Bukankah sesuatu yang dipaksakan tidak baik ujungnya? 

Ada pula orang tua yang mendorong anaknya untuk mengambil jurusan yang terlihat keren misalnya jurusan Teknik. Tujuannya agar kelak anak mereka dapat menjadi Insinyur atau bisa bekerja di perusahaan tambang atau minyak dan mendapat gaji besar, tetapi semisal anak tidak menyukai pelajaran Matematika dan IPA, bagaimana anak akan menghadapi mata kuliah kalkulus, atau statistik, dan yang lainnya?

Kalau pilih jurusan ini, nanti mau kerja apa?

Semua jurusan yang ditawarkan universitas menawarkan peluang karir yang luas. Beberapa orang tua yang aku jumpai dalam pekerjaanku mengatakan bahwa merekalah yang memilih jurusan untuk anaknya karena anak belum tahu apa-apa tentang dunia bekerja. "Saya ingin anak saya ambil jurusan Computer Science karena di masa depan semuanya serba data dan software. Saya tidak mau anak saya ambil jurusan bisnis karena nanti dia mau kerja apa?" Bagiku, pertanyaan itu bisa terjawab ketika mereka berdiskusi langsung dengan anak mereka. Apa yang menjadi cita-cita anak. Bila anak bercita-cita menjadi Entrepreneur (wirausaha) atau Manager di suatu perusahaan atau Menteri Keuangan, tentunya ilmu yang dia perlukan adalah ilmu ekonomi, bukan science. Yuk, para orang tua, coba luangkan waktu untuk tukar pikiran bersama anak.

Jurusan yang Kamu Pilih adalah Tanggung Jawabmu

7 temanku (yang mengisi survey) yang jurusan pilihannya didukung oleh orang tua mereka mengatakan padaku bahwa orang tua mereka mendukung karena pilihan itu diserahkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka. Kata tanggung jawab bisa saja terdengar biasa, tapi bagi remaja seumuran 17-18 tahun, bukankah kata itu menjadi powerful? Dengan adanya tanggung jawab, para anak akan menyadari penuh bahwa pilihan mereka akan berdampak bagi masa depan mereka: mulai dari proses menjalani kuliah, proses mencapai kelulusan, dan proses mencari kerja kelak. Daripada memaksakan anak untuk menjadi diri orang tua atau lebih baik dari orang tua itu sendiri, ada baiknya orang tua mendengarkan dan mengajak anak diskusi mengenai tanggung jawab yang akan mereka pikul selama 4-5 tahun proses kuliah. 
Kata "tanggung jawab" bisa saja terdengar biasa, tapi bagi remaja seumuran 17-18 tahun, bukankah kata itu menjadi powerful?
Sumber: liputan6.com
Baca juga: Perjalanan Berharga Selama 7 Tahun Merantau

Sudut Pandang Anak

Ikut teman aja ah - biar keren

Hal yang sangat disayangkan dalam sudut pandang para anak adalah ikut teman aja karena kamu pasti berpikir "apa yang dipilih teman-teman adalah hal yang keren, yang nge-trend". Namun, sebagai anak, kamu sering lupa kalau kamu tidak harus memilih apa yang teman-temanmu pilih. Bila kamu sudah mengatakan alasan ini untuk jurusan pilihanmu, tidak heran bila orang tua selalu mengeluarkan argumen bahwa jurusan pilihanmu bukan yang terbaik. Pastikan ini tidak terjadi ya, karena memasuki dunia perkuliahan artinya kamu sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan sendiri tanpa ikut-ikutan.

Ikut orang tua aja - toh mereka yang biayain

Teman-temanku pada masa kuliah banyak yang mundur satu per satu dikarenakan sudut pandang ini. Karena tidak mau capek mikir dan lebih mudah nurut apa kata orang tua, seringkali sebagai anak, kamu tidak mau berusaha mencari tahu apa yang kamu suka dan mau pelajari lebih dalam. Karena yang menjalani kuliah adalah diri kamu sendiri, yang masuk kelas perkuliahan adalah pikiran dan tubuhmu, kamu harus 100% yakin bahwa jurusan pilihan orang tua ini adalah hal yang kamu suka untuk pelajari hingga lulus nanti.

Memilih apa yang diminati karena aku tau apa yang ku kejar nanti

Sudut pandang inilah yang paling ideal, menurutku. Pilihlah jurusan yang mampu membuatmu berpikir seperti ini, "meskipun sulit, aku tetap akan berjuang sampai selesai". Percayalah, tidak ada jurusan yang mudah! Semua mata kuliah itu sulit, tetapi ketika kamu suka dengan materi tersebut, kamu akan punya keinginan untuk mencari tahu atau berdiskusi dengan temanmu. Kalau memang kamu ingin menjadi guru bahasa Inggris dan sudah memilih jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tetapi ketika sudah di tengah jalan dan ternyata Pendidikan terasa sulit untukmu, kamu masih punya banyak pilihan karir lain dalam jurusan Bahasa, misalnya Jurnalisme, Public Relation, Copywriter, Translator, dan lainnya. 
Pilihlah jurusan yang mampu membuatmu berpikir, "meskipun sulit, aku tetap akan berjuang sampai selesai"

Jadi untuk anak, perjuangkanlah jurusan yang kamu anggap mampu untuk selesaikan, dan untuk orang tua, duduk dan diskusikanlah selalu dengan anak. Pastikan sebelum mengambil keputusan akhir, cari tahu, cari tahu, dan cari tahu terlebih dulu! *setelah itu barulah cari tempe. Hehe..

Comments

  1. Beratt ya pembahasannya kak :) Masalah sudut pandang itu sesuatu yang berat untuk dibahas apalagi harus berhadapan dengan orang tua yang tidak pernah merasa pendapat anak itu penting dan patut diperhitungkan. Berbicara soal jurusan kuliah sebenarnya itu adalah hal yang paling crucial yang selalu didebatkan. Meanwhile, my parents and brother want me to be the version of success in their head namun aku punya definisi sukses dan kebahagiaan aku sendiri.

    Waktu camp pas ada edisi sharing bareng sama councelor (which is Kak Chindy :D) aku sempat cerita kalo sebenarnya kakak aku ndak suka aku ambil jurusan aku yang dulu which (English Education) karena dia merasa jadi guru itu jenjang karirnya gak cemerlang, gaji kecil, so on2,dia maunya aku ambil ekonomi akuntansi biar bisa jadi akuntan nanti (however, aku sadar kedangkalan otakku yang tidak bisa ditolerir ini bisa buat beliau bangkrut dan juga bisa gila awakni kalo paksain diri, upin upin langsung tumbuh rambut. LOL). On the other hand, my parents in this case mama, mama pengen aku sekolah the*logy yang sudah menjadi impiannya dari aku masih ingusan (bayangkan saja apa jadinya jemaat jika aku yang pimpin). Long story short, aku gak milih kedua2nya aku tetap kekeuh untuk sekolah guru karena aku pengen. Jadilah aku sekarang apa yang aku mau (meski pada akhirnya gak jadi guru wkwkwk).

    Kalo dari temenku dia udah lulus disalah satu univ ternama di Jogja dengan jurusan yang dia mau tapi sayang orang tuanya diam2 daftarin kuliah 'P*nd*ta' yang sama sekali dia gak minati dan sampe pada akhirnya dia udah semester belasan dan gak wisuda2 disitu baru dia jujur kalo sebenarnya dia gak pernah mau untuk kuliah dijurusan tersebut. Sampe akhirnya dia harus transfer dan orang tuanya akhirnya bilang selesain aja kuliah yg skrg nnt kalo udah lulus kamu bebas milih pilihanmu sendiri.

    Ketika orang tua mau untuk berbicara, berdiskusi dan mendengarkan apa yang sebenarnya menjadi minat anak pasti gak ada penyesalan dan beban yang harus ditanggung oleh kedua belah pihak dikemudian hari. Sebagai orang tua ada baiknya untuk selalu mendukung apa yang menjadi pilihan anak dan sebagai anak juga jangan takut untuk berdiskusi atau menyampaikan apa yang menjadi harapan dan keinginan kita. Kita juga jangan pasrah 'yaudahlah kan ortu yang bayar ikut aja mau mereka', please ini gak akan pernah nyelesain masalah yang ada hanya akan nambah masalah hidup kita. I talk too much :D I'll end here. Thanks for sharing kak Chindy :) Stay healthy and sane :D
    Love,
    Jacklin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Jacklyn,

      Thanks a lot for the sharing and insights.
      Memang berat banget untuk bahas tentang sudut pandang :') apalagi background keluarga setiap orang beda-beda, jd sama sekali ga ada standar pasti yang terbaik seperti apa. Benar kata Jacklyn, selama ada komunikasi dua arah, semoga ada titik tengah.
      Makasih juga untuk joke upin ipin, it made me LOL. Stay safe juga ya, Jacklyn..

      Delete

Post a Comment