Mengenal Sandwich Generation - Apa Faktor Penyebabnya?

Mengenal Sandwich Generation - Apa Faktor Penyebabnya?

Nina, seorang wanita berumur 35 tahun, memilih untuk berhenti bekerja di perusahaan lamanya setelah mengabdi selama 11 tahun. Dia memutuskan untuk pindah ke perusahaan lain karena mendapatkan tawaran gaji yang lebih tinggi. Sebenarnya, Nina sangat menyukai pekerjaan lamanya. Namun, keputusan pindah kerja harus dia ambil untuk mendukung keuangan keluarganya. Karena biaya hidup yang semakin tinggi, biaya sekolah 2 anaknya yang semakin mahal, dan keharusan untuk menanggung biaya hidup orang tuanya dan suami, Nina harus memutar otak untuk dapat mencukupi semua kebutuhan tersebut. Nina terjepit di antara generasi sebelumnya (orang tua) dan generasi setelahnya (anak). Situasi Nina dikenal dengan istilah Sandwich Generation atau Generasi Sandwich. Mengapa sandwich? Karena Nina dan orang dewasa lainnya di generasi ini digambarkan seperti roti isi atau sandwich yang dihimpit dari atas dan bawah.

Istilah Sandwich Generation dikenalkan pada tahun 1981 oleh seorang profesor dari Kentucky University, Dorothy A. Miller. Dorothy menggambarkan generasi sandwich sebagai generasi yang rentan mengalami stres atau tekanan psikologis lainnya karena para orang dewasa ini harus menanggung hidup orang tua dan anak-anak mereka. Selain memenuhi kebutuhan, mereka juga harus mengatur keuangan untuk kepentingan tiga generasi dalam satu rumah tangga. 

Faktor Terbentuknya Sandwich Generation

Prita Hapsari Ghozieda, seorang perencana keuangan dan founder @ZAPfinance, adalah pembicara di suatu seminar keuangan yang aku hadiri di tahun 2019. Dia memaparkan beberapa faktor penyebab terbentuknya sandwich generation. Yuk kita simak langsung.

  1. Tidak adanya persiapan matang untuk masa pensiun.
    Perencanaan masa pensiun sangat diperlukan untuk menghadapi masa di mana kita tidak lagi produktif. Yang perlu dipersiapkan adalah keuangan, mental, kesehatan, dan spiritual. Ketika kita masih muda dan sedang dalam masa produktif, kita kerap lupa bahwa kita akan pensiun saat waktunya tiba. Kita pun tidak bijak dalam menggunakan keuangan dan tidak menyiapkan apapun untuk masa pensiun nanti.
  2. Gaya hidup yang tidak tertata.
    Pernah mendengar kalimat "semakin bertambah penghasilan, semakin bertambah pula taraf hidup seseorang"? Sudah tidak asing kan? Atau kita sendiri juga demikian? Seiring gaji yang bertambah, begitu juga dengan gaya hidup kita. Ada saja pengeluaran yang bukan bagian dari kebutuhan. Misalnya, dulu kita tidak terlalu mempermasalahkan merk saat membeli pakaian, tas, atau sepatu, tapi sejak jabatan dan gaji kita naik, kita mengutamakan membelanjakan barang-barang dengan merk tertentu supaya dinilai "keren" oleh orang lain. Nah, menurunkan standar hidup ketika sudah pensiun ternyata bukan hal mudah. Karena kebiasaan yang sudah terbentuk bertahun-tahun lamanya saat muda, pastilah gaya hidup itu juga akan terbawa saat pensiun. Setelah mendapat uang pensiun, banyak yang menghambur-hamburkannya dalam sekejap, mungkin ada yang membeli mobil untuk jadi pajangan baru di rumah atau lainnya.
  3. Lalai mempersiapkan dana kesehatan.
    Kondisi kesehatan seseorang, baik fisik maupun mental, bisa saja naik turun. Selalu siapkan dana kesehatan, bisa dalam bentuk tabungan atau asuransi kesehatan. Fungsi dana kesehatan ini adalah untuk mengelola dan menurunkan potensi kerugian ketika terjadi hal yang tidak diinginkan, salah satunya adalah saat sakit melanda.

Refleksi tentang Sandwich Generation

Sebagai seseorang yang masih di usia produktif, pengetahuan baru tentang Sandwich Generation ini memberi tamparan tidak langsung padaku. Apapun keputusan belanjaku saat ini ternyata akan sangat berdampak di masa depan, terutama untuk generasi di bawahku. Bila ada di antara kalian yang sudah terlanjur menjadi salah satu generasi sandwich, mari kita memutus rantai generasi sandwich ini. Langkah paling dasar adalah dengan menanamkan pentingnya pemahaman akan finansial. Menurut tirto.id, sisihkan minimal 20% dari penghasilan untuk investasi masa depan. 

Selanjutnya, belajar manajemen keuangan dan risiko dengan baik. Coba cari tahu dan pelajari tentang manfaat dan risiko instrumen investasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Jangan lupa juga untuk memproteksi diri dan orang tua. Langkah ini sangat penting untuk menjaga arus kas keuangan apabila terjadi musibah mendadak, misalnya sakit. Yang terakhir, siapkan dana pensiun pribadi. Langkah ini bisa diterapkan dengan membuat rekening tersendiri atau rekening khusus untuk dana pensiun yang ditawarkan oleh beberapa bank. Dengan demikian, generasi sandwich tidak meneruskan apa yang terjadi pada mereka ke generasi di bawah mereka, dan rantai fenomena sandwich generation ini pun akhirnya terputus.


Sumber:
https://tirto.id/beratnya-hidup-menjadi-generasi-sandwich-eeon
https://economy.okezone.com/read/2020/07/30/320/2254547/kenapa-ada-generasi-sandwich-berikut-5-penyebabnya/

Comments

  1. Thank you so much Chindy for sharing this :D Aku baru pertama kali dengar tentang istilah sandwich generation ini. Orang-orang usia produktif harus sadar tentang ini nih supaya jangan sampai dampaknya jadi ke anak-anak mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Sharon. Senang banget artikelku bisa bermanfaat. Setuju banget sama Sharon, selagi kita masih produktif, harus mempertimbangkan masa tua nanti.

      Delete

Post a Comment