Surat Cinta untuk 25

Surat Cinta untuk 25


Tepat menyentuh usia 25, apakah aku baik-baik saja? Tanyaku pada diri sendiri. Banyak yang bilang kalau usia 25 adalah usia yang paling pas untuk mencapai semua hal: mapan secara finansial, karir bagus, menikah, dan lain-lain. Tak heran banyak yang bertanya padaku, "Kamu mau kapan settle down? Kamu kok belum sesukses "mereka"? Wah, dia udah kaya lho, kamu kapan? Kamu kapan nikah? Teman-temanmu udah pada gendong bayi, kamu ga mau kayak mereka?" Haruskah aku menjawab semua pertanyaan tersebut? Ingin sekali aku jawab "besok", sekalian mengamini diriku agar bisa settle, kaya, nikah, dan punya anak dalam 24 jam.

Sayangnya, hidup bukan tentang lomba lari siapa yang duluan sampai. 
Bukan pula tentang siapa yang paling cepat mencapai. 
Bila semua dikejar untuk terwujud di usia 25, bukankah diriku akan menjadi pribadi yang abai?

Rencana hidupku hanyalah sekedar rencana.
Hari ini masih diberi roti manna.
Hari esok masih bisa bernafas adalah anugerah.
Hari lusa bisa berbagi dengan sesama membuatku bersukacita.
Apa lagi yang perlu dikejar dalam hidup ini?

Uang? Karir? Cinta? Jabatan? Kekayaan?
Bukankah semua itu bersifat fana?
Pun aku tak bisa membawanya masuk tanah.
Mengapa banyak orang mengejarku dengan segitunya?

Di tahun 2017, seorang teman berkata, "Sayang sekali orang sepertimu hanya bekerja menjadi guru. Kamu harusnya melanjutkan studi S2."
Dia lupa satu hal... Dia mengatakan itu tepat setelah pengumuman aplikasiku ke suatu penyedia beasiswa ditolak.
Di tahun 2018, aku mencoba peruntungan lain. Aku cukup menikmati, tapi perutku juga butuh diisi.
Di tahun 2019, aku pindah ke kota lain. Ini adalah peruntungan yang lebih baik, begitulah pikirku. Ya, ada banyak hal baik yang ku dapat. Salah satunya, aku diizinkan untuk belajar apa itu ketulusan, di mana seekor kucing bahkan bisa lebih tulus menyayangi dibandingkan segelintir manusia yang fokus pada materi.


Tahun 2020 tentunya membentuk semua orang, termasuk diriku.
I have zero expectation in everything.
Itulah mottoku saat ini. Seorang teman pun berkata, "Usia 25 harus dirayakan, chin, seperempat abad lho." Tapi... apalah arti perayaan 1 hari ketika kehidupan 364 hari setelahnya lebih berarti?

Dear 25,
Ajari aku untuk menjadi pribadi yang lebih baik,
lebih kuat,
lebih tabah,
lebih pengertian,
lebih teratur,
lebih minimalis,
lebih pendengar,
lebih mengasihi Tuhan, keluarga, teman-teman dekat, dan sesama.
Meski jalan ke depan akan semakin menanjak, berliku, dan berbatu,
Bukankah itu semua yang membuatku bertumbuh?
Teruskan perjalanan dengan teguh,
Tutup telinga sejenak dari kata-kata mereka, "kamu tidak pernah cukup".
Syukuri setiap peluh. Nikmati setiap detik yang berlalu. 
Dear 25,
Kini aku siap menempuhmu...

Comments

  1. Chindyyyy, tulisanmu sangat menyentuh dan aku setujuu, couldnt agree more! Enjoy your life and time will answer everything, happy turning 25!

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Selamat ulang tahun Chindy. Salam kenal ya. Duh aku dulu usia 25 malah lewat bablas ga ngapa-ngapain dan ga dijadikan target buat menikah dll dll juga. Nikah malah usia 32, ketuwiran tapi ya emang ketemu jodohnya usia segitu apa mau dikata hehe. Semangat ya! Semoga semua doamu terkabul, amiin....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga, Imelda. Wah.. senang sekali bisa baca sharing dari Imelda. Amin... Semoga Imelda sehat dan bahagia selalu juga... Terima kasih sudah mampir ke tulisan ini ya...

      Delete
  4. Ceritanya ringan dan menarik. Sangat mengena dan memiliki makna yang dalam pada teman2 yang memiliki usia yang sepadan. Tetap semangat ya Author.

    ReplyDelete

Post a Comment